Wednesday, April 29, 2009

Adab Membaca Al Quran


Al Qura'an sebagai Kitab Suci, Wahyu Ilahi, mempunyai adab-adab tersendiri bagi orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sagnat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al Quran; tiap-tiap orang harus berpedoman kepadanya dan mengerjakannya.

Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah memperinci dengan sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al Qur'an menjadi adab yang mengenal batin, dan adab yang mengenal lahir. Adab yang mengenal batin itu, diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati dikala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Dengan demikian, kandungan Al Quran yang dibaca dengan perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubarinya. Kesemuanya ini adalah adab yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa. Sebagai contoh, Imam Al Gazhali menjelaskan, bagaimana cara hati membesarkan kalimat Allah, yaitu bagi pembaca Al Qur'an ketika ia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya, betapa kebesaran Allah yang mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tetapi adalah kalam Allah Azza wa Jalla. Membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dalam membacanya, tetapi juga dalam menjaga tulisan-tulisan Al Quran itu sendiri. Sebagaimana yang diriwayatkan, 'Ikrimah bin Abi Jahl, sangat gusar hatinya bila melihat lembaran-lembaran yang bertuliskan Al Quran berserak-serak seolah-olah tersia-sia, lalu ia memungutnya selembar demi selembar, sambil berkata:"Ini adalah kalam Tuhanku! Ini adalah kalam Tuhanku, membesarkan kalam Allah berarti membesarkan Allah."

Adapun mengenai adab lahir dalam membaca Al Quran, selain didapati di dalam kitab Ihya Ulumuddin, juga banyak terdapat di dalam kitab-kitab lainnya. Misalnya dalam kitab Al Itqan oleh Al Imam Jalaludin As Suyuthu, tantang adab membaca Al Quran itu diperincinya sampai menjadi beberapa bagian.

Diantara adab-adab membaca Al Quran, yang terpenting ialah:

1. Disunatkan membaca Al Quran sesudah berwudhu, dalam keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah.

2. Mengambil Al Quran hendaknya dengan tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan.

3. Disunatkan membaca Al Quran di tempat yang bersih, seperti di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di mesjid.

4. Disunatkan membaca Al Quran menghadap ke Qiblat, membacanya dengan khusyu' dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.

5. Ketika membaca Al Quran, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Quran mulut dan gigi dibersihkan terlebih dahulu.

6. Sebelum membaca Al Quran disunatkan membaca ta'awwudz, yang berbunyi: a'udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh pengaruh tipu daya syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al quran, dijauhi dari gangguan. Biasa juga orang yang sebelum atau sesudah membaca ta'awwudz itu, berdoa dengan maksud memohon kepada Alah supaya hatinya menjadi terang. Doa itu berbunyi sebagai berikut.

"Ya Allah bukakanlah kiranya kepada kami hikmat-Mu, dan taburkanlah kepada kami rahmat dan khazanah-Mu, ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

7. Disunatkan membaca Al Quran dengan tartil, yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam surat (73) Al Muzammil ayat 4:

".... Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil".

Membaca dengan tartil itu lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta serta lebihmendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada Al Quran.

Telah berkata Ibnu Abbas r. a.:" Aku lebih suka membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran dengan tartil, daripada kubaca seluruh Al Quran dengan cara terburu-buru dan cepat-cepat."

8. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Quran, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah yang dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya. Dengan demikian, ia akan sampai kepada hakikat yang sebenarnya, yaitu membaca Al Quran serta mendalami isi yang terkandung di dalamnya. Hal itu akan mendorongnya untuk mengamalkan isi Al Quran itu. Firman Allah dalam surat (4) An Nisaa ayat
82 berbunyi sebagai berikut:

"Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al Quran?..."

Bila membaca Al Quran yang selalu disertai perhatian dan pemikiran arti dan maksudnya, maka dapat ditentukan ketentuan-ketentuan terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Umpamanya: Bila bacaan sampai kepada ayat tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid; Bila sampai pada ayat Doa dan Istighfar, lalu berdoa dan minta ampun; bila sampai pada ayat azab, lalau meminta perlindungan kepada Allah; bila sampai kepada ayat rahmat, llau meminta dan memohon rahmat dan begitu seterusnya. Caranya, boleh diucapkan dengan lisan atau cukup dalam hati saja. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dari Ibnu Abbas yang maksudnya sebagai berikut: "Sesungguhnya Rasulullah s. a. w. apabila membaca: "sabbihissma rabbikal a'la beliau lalu membaca subhanarobbiyal a'la . Diriwayatkan pula oleh Abu Daud, dan Wa-il binHijr yang maksudnya sebagai berikut:" Aku dengan Rasulullah membaca surat Al Fatihah , maka Rasulullah sesudah membaca walad dholliin lalu membaca aamin . Demikian juga disunatkan sujud, bila membaca ayat-ayat sajadah, dan sujud itu dinamakan sujud tilawah.

Ayat-ayat sajadah itu terdapat pada 15 tempat yaitu:

dalam surat Al-A'raaf ayat 206

dalam surat Ar-ra'd ayat 15

dalam surat An-Nahl ayat 50

dalam surat Bani Israil ayat 109

dalam surat Maryam ayat 58

dalam surat Al-Haji ayat 18 dan ayat 77

dalam surat Al Furqaan ayat 60

dalam surat Annaml ayat 26

dalam surat As-Sajdah ayat 15

dalam surat As-Shad ayat 24

dalam surat Haamim ayat 38

dalam surat An-Najm ayat 62

dalam surat Al-Insyiqaq ayat 21,

dan dalam surat Al-'Alaq ayat 19

9. Dalam membaca Al Quran itu, hendaknya benar-benar diresapkan arti dan maksudnya, lebih-lebih apabila smapai pada ayat-ayat yang menggambarkan nasib orang-orang yang berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan bagi mereka. Sehubungan dengan itu, menurut riwayat, para sahabat banyak yang mencucurkan air matanya di kala membaca dan mendengar ayat-ayat suci Al Quran yang menggambarkan betapa nasib yang akan diderita oleh orang-orang yang berdosa.

10. Disunatkan membaca Al Quran dengan suara yang bagus lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan islubnya Al Quran. Rasulullah s. a. w. telah bersabda:

"Kamu hiasilah Al Quran itu dengan suaramu yang merdu"

Diriwayatkan, bahwa pada suatu malam Rasulullah s. a. w. menunggu-nunggu istrinya, Sitti 'Aisyah r. a. yang kebetulan agak terlambat datangnya. Setelah ia datang, Rasulullah bertanya kepadanya:" Bagaimanakah keadaanmu?" Aisyah menjawab :"Aku terlambat datang, karena mendengarkan bacaan Al Quran seseorang yang sangat bagus lagimerdu suaranya. Belum pernah akumendengarkan suara sebagus itu." Maka Rasulullah terus berdiri dan pergi mendengarkan bacaan Al Quran yang dikatakan Aisyah itu. rasulullah kembali dan mengatakan kepada Aisyah:" Orang itu adalah Salim, budak sahaya Abi Huzaifah. Puji-pujian bagi Allah yang telah menjadikan orang yang suaranya merdu seperti Salim itu sebagai ummatku."

Oleh sebab itu, melagukan Al Quran dengan suara yang bagus, adalah disunatkan, asalkan tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata cara membaca sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid, seperti menjaga madnya, harakatnya
(barisnya) idghamnya dan lain-lainnya. Di dalam kitab zawaidur raudhah, diterangkan bahwa melagukan Al Quran dengan cara bermain-main serta melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut di atas itu, haramlah hukumnya; orang yang membacanya dianggap fasiq, juga orang yang mendengarkannya turut berdosa.

11. Sedapat-dapatnya membaca Al Quran janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Quran. Sebab pekerjaan yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.

Itulah diantara adab-adab yang terpenting yang harus dijaga dan diperhatikan, sehingga dengan demikian kesucian Al Quran dapat terpelihara menurut arti yang sebenarnya.


Tuesday, April 28, 2009

Dengan siapa kamu duduk


Sekadar renungan ...

Barangsiapa yang duduk dengan lapan macam manusia akan ditambah Allah baginya lapan corak hidup:

1. Barangsiapa suka duduk berserta orang kaya, Akan ditambah Allah kecintaannya kepada dunia dan keinginan kepadanya.
2. Barangsiapa suka duduk berserta orang miskin, Akan dijadikan Allah baginya kesukaan bersyukur dan redha menerima pembahagian yang ditentukan Allah.
3. Barangsiapa suka duduk dengan Sultan (Pemerintah Negara), akan ditambah Allah kasarnya dan sombongnya.
4. Barangsiapa suka duduk dengan perempuan, (bukan muhrim) akan ditambah Allah bodohnya dan syahwatnya.
5. Barangsiapa suka duduk bersama kanak-kanak, akan ditambahkesukaannya bermain-main dan bersenda gurau.
6. Barangsiapa suka duduk dengan orang fasiq, akan bertambahlah beraninya berbuat dosa dan menunda-nunda taubat.
7. Barangsiapa suka duduk dengan orang-orang soleh, akan bertambahlah keinginannya untuk taat.
8. Barangsiapa suka duduk dengan para ulama' maka bertambahlah ilmu dan waraknya

Monday, April 27, 2009

Fadilat doa dan selawat ke atas Nabi s.a.w.

Mauizah: Fadilat doa dan selawat ke atas Nabi s.a.w.
Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat
Mon | Apr 27, 09 | 7:01:43 pm MYT

Adab berdoa yang ketiga; hendaklah menghadap kiblat, kerana doa adalah satu di antara ibadah kepada Allah SWT.

Iklan

Berdoa pula dikehendaki angkat kedua belah tangan. Cara angkat tangan semasa berdoa ada pelbagai kaifiyat yang dibahaskan oleh para ulama.

Mengikut Imam Ghazali r.a. ialah dengan mengangkat agak tinggi hingga kelihatan putih celah pangkal lengan.

Selesai berdoa sayogia raup kedua tapak tangan ke muka, kerana menurut atsar Saiyidina Umar r.a. katanya: "Nabi s.a.w. apabila hulur tangan ke arah langit kerana berdoa, tidak diturunkan tangannya kecuali setelah diraupkan ke mukanya."

Abdullah ibnu Abbas r. anhuma pula berkata: "Nabi s.a.w. apabila berdoa beliau temukan kedua-dua tangannya, dan baginda jadikan kedua perut tangannya menghadap ke mukanya."

Demikianlah kedudukan tangan ketika berdoa, ketika angkat kedua tapak tangan jangan memandang ke langit. Jika berbuat demikian seolah Tuhan berada di langit, sedangkan Allah SWT tidak bertempat.

Adab berdoa yang keempat; ialah dengan suara yang sederhana antara jahar (nyaring) dan perlahan (sir).

Yang mustahak hendaklah kedengaran butir huruf, kerana segala perekataan itu hasil daripada gerakan bibir mulut dan lidah serta suara.

Siti 'Aisyah ketika mentafsirkan ayat yang bermaksud: "Dan janganlah kamu menyaringkan sura dalam solatmu dan janganlah merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara keduanya." (Surah Al-Israa ayat 110)

Yang dimaksudkan dengan solatmu ialah doa, kerana jika dimaksudkan itu solat, maka ia bercanggah dengan kedudukan solat malam Nabi s.a.w. yang dibaca 'jahar' (nyaring), dan solat siang dengan 'sir' (suara perlahan).

Satu hujah lagi ialah dengan pujian Allah SWT terhadap Nabi Zakariya a.s. dalam al-Quran yang bermaksud: "(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakariya, iaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut." (Surah Maryam ayat 2 dan 3)

Perkara yang dipuji Allah SWT ialah cara Nabi Zakariya berdoa dengan suara lembut, dia tidak menyaringkan suara ketika berdoa kerana yakin bahawa Tuhan Yang Maha Mendengar terlalu dekat dengannya.

Adab yang kelima janganlah berdoa dengan kalimah yang bersajak, sebaiknya berdoa yang berpunca daripada Nabi s.a.w. yang ma'tsurah.

Tidak perlu bersusah payah mencipta doa sendiri, kerana yang hendak dipinta semuanya telah dipohonkan oleh Nabi s.a.w. Doa yang disusun oleh Nabi s.a.w. lebih teratur indah dan lebih sempurna.

Kadangkala manusia meminta sesuatu lebih daripada kadar yang sepatutnya, kerana tidak semua orang pandai meminta. Oleh itu lebih afdal jika mengambil doa dari Rasulullah s.a.w., lebih selamat dan terjamin kesesuaiannya. Demikianlah perbincangan mengenai zikir dan doa.

Kini masuk pula mengenai fadilat selawat ke atas Nabi s.a.w. Sebagaimana yang semua ketahui bahawa agama itu bergantung atas kayakinan seseorang kepada akhirat yang bernama syurga dan neraka.

Adapun kaya miskin senang derita kehidupan, tidak boleh jadi tanda ukuran bahawa Tuhan setuju atau sebaliknya.

Kadangkala orang yang dikutuk Tuhan, kehidupannya tetap senang dan mewah. Sebaliknya orang yang Tuhan sayangi pula kehidupannya menderita.

Selawat ke atas Nabi s.a.w. sebagaimana firman Allah SWT yang bermaksud: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Surah al-Ahzab ayat 56)

Ayat di atas menyatakan bahawa Allah SWT dan para malaikat-Nya berselawat (berdoa) ke atas Nabi s.a.w. Justeru orang orang beriman diseru supaya berbuat demikian juga.

Menunjukkan berselawat ke atas Nabi s.a.w. itu suatu daripada ibadat yang sangat mulia, bukan saja dianjurkan oleh Allah SWT supaya manusia beriman melakukannya.

Berselawat bukan saja dalam solat bahkan di luarnya, kerana Allah SWT dan malaikat-Nya juga telah berbuat demikian.

Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud: "Sesiapa di kalangan umatku yang berselawat sekali ke atasku, Allah SWT akan tulis 10 kebajikan."

Sepuluh kebajikan bererti sepuluh pahala ganjaran, meskipun pahala itu tidak kelihatan bentuk dan sifatnya, tetapi pahala amat diperlukan oleh orang yang beriman di akhirat kelak.

Sesiapa menghendaki pahala yang banyak, satu antara caranya ialah beramal tanpa modal iaitu berselawat ke atas Nabi s.a.w.

Seorang sahabat bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang bagaimana bentuk cara berselawat ke atasmu?

Sabda Nabi s.a.w. berkatalah dengan: "Allahumma solli 'ala Muhammad 'abdika wa 'ala a-lihi wa azwajihi wa zurriyatihi kama sollita 'ala Ibrahim wa a-li Ibrahim, wabarik 'ala Muhammadin wa 'ala a-lihi wa azwjihi wa zurriyatihi, kama barakta 'ala Ibrahim wa a-li Ibrahim innaka hamidun majid."

Yang bermaksud: Ya Allah Tuhanku, sejahterakanlah ke atas Nabi Muhammad dan kaum keluarganya dan para isterinya dan keturunannya, sebagaiman kesejahteraan ke atas Nabi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi di-Muliai." -

Thursday, April 23, 2009

Fadhilat Membaca Bismillah

Fadhilat Membaca Bismillah

Membaca Bismillah setiap kali melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatan sebenarnya memberi kebaikan yang sangat banyak. Allah sendiri memerintahkan para malaikat supaya mencatat pahala bagi umat manusia yang membaca Bismillah.

Seseorang yang membaca Bismillah sebanyak 21 kali ketika hendak tidur, akan aman dariapda gangguan syaitan, kecurian, maut yang mendadak dan bala. Sementara pasangan yang membacanya ketika hendak berjimak, akan melahirkan anak yang soleh dan bagi ibu bapanya kebajikan sejumlah tarikan nafas anak itu.

Membaca 41 kali Bismillah ke telingan orang yang pengsan, insya Allah dia akan segera sedar. Membaca 313 kali Bismillah serta 100 kali selawat ke atas Nabi SAW pada waktu pagi hari Ahad sewaktu matahari terbit dengan menghadap kiblat, insya Allah akan mendapat rezeki yang tidak terduga.

Bagi ibu bapa yang mempunyai anak yang bebal, eloklah dibaca Bismillah sebanyak 786 kali, kemudian ditiupkan pada air lalu diberi minum anak itu selama tujuh hari pada saat matahari terbit, insya Allah lenyaplah kebebebalannya. Perkara yang sama juga dilakukan kepada adik-beradik, suami, isteri atau sesiapa yang dimaksudkan.

Sesiapa yang membaca 50 kali Bismillah di hadapan orang orang zalim, akan tunduk dan takutlah orang zalim itu. Bagi perempuan yang hamil, tulislah 61 kali kalimah Bismillah hingga akhirnya dengan huruf Arab di atas kertas putih lalu sisipkannya ke perut wanita itu, insya Allah hidup anak yang dikandung itu.

Mereka yang berniaga, bacalah 786 kali di hadapan dagangannya lalu dihembuskan selama tujuh hari. Insya Allah dengan izin Allah akan majulah perniagaannya.

Wednesday, April 22, 2009

Sejarah Solat 5 Waktu

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula dikerjakan.

Subuh:

Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.

Rakaat pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.

Zohor:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. iaitu tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.

Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.
Rakaat keempat: Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan dengan tebusan kibas.

Asar:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan iaitu:

Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.

Maghrib:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. iaitu ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu bersembahyang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut iaitu:

Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.

Isyak:

Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.

Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun